♥Sapa Mutiara..(Pearl of Love)♥

Seperti bentuk dalam sebuah cermin, ku ikuti Wajah itu.
Tuhan menampakkan dan menyembunyikan sifat-sifat- Nya. Tatkala Tuhan tertawa, maka akupun tertawa.
Dan manakala Tuhan gelisah, maka gelisahlah aku...
Maka katakan tentang Diri-Mu, ya Tuhan.
Agar segala makna terpahami, sebab mutiara-mutiara
Makna yang telah aku rentangkan diatas kalung pembicaraan
berasal dari Lautan-Mu....
(Jalaludin Rumi)
Powered By Blogger

Tentang Mutiara Kasih

Bismillah..
Mungkin ini bisa disebut sebagai sumber inspirasi saya.. untuk tetap bertahan dlm keadaan bagaimanapun itu. untuk tetap mengingat kisah kehidupan lalu.. . Inilah dimana saya mendapatkan jawaban atas pertanyaan dan kegundahan hati saya selama ini.. Semoga bisa membawa semangat & motivasi bagi siapapun anda dibalik sana yang sedang membaca ini..

Hidup ini selalu bercita-cita untuk sukses bukan..? dan tentunya kesuksesan yang hakiki adalah di akherat sana.. Dunia ini hanyalah proses untuk mencapai kesuksesan kita disana.. Semoga sahabat bisa menemukan jawabannya disini.. ^_^

  • Awalnya saya tidak menyadari bagaimana proses pembentukan sebutir mutiara  yg indah itu..  tapi yg saya tau saya sangat mengagumi kilauannya… Sya mengagumi keperawanannya dimana Allah meletakan kerang mutiara jauh didalam dasar lautan  sama sekali tidak tersentuh oleh siapapun.. hanya orang2 yg terpilih & berani menyelami lautan dalam itulah  yg bisa mengambilnya..
  • Awalnya sayapun tidak tahu bagaimana sebuah kasih & cinta adalah dua kata yg berbeda tapi memiliki satu makna…
Setahun yg lalu sya membaca sebuah kisah tentang kerang mutiara.. “pearl oyster” ..
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki  tubuhnya yang merah dan lembek.
Anakku, kata sang ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah    tanganpun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.
Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam.
Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat, kata ibunya dengan sendu dan lembut. Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya.
Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk  dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna.
Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
Sumber : Air Mata Kerang dan Mutiara by Jansen Sinamo
“Semakin besar kekaguman sya pada benda satu ini.. “pearl” bukan karena dia adalah perhiasan mahal.. tapi ia cantik berkilau karena kesabaran si kerang…  Sebelumnya saya tdk pernah tau akan hal ini..
“Pearl of love” -> Mutiara kasih…  pada awalnya saya hanya mengartikannya ini sebagai bentuk Rasa Cinta saya.. pada Tuhanku.. pada Rasulku.. pd Ayah&Ibuku.. pd segala hal yg ada dlm kehidupanku..  Semoga dg cinta yg selalu berselimutkan kesabaran insyaAllah bisa  menghasilkan  kebahagiaan yg berharga melebihi lautan mutiara.. melebihi kilauan langit mutiara..  AMIN..
Seiring waktu berganti.. Akhir2 ini Allah mmpertemukan kembali pada sya ttg fakta.. tentang kisah kerang mutiara..  kisah nyata  kerang mutiara yg diimplementasikan dlm kehidupan nyata..kisah ini sya dapatkan dari seorang Motivator sukses dari kota Surabaya.. Inilah yg dituliskan beliau ….
Sebuah kisah dari guru saya Pak Jamil Azzaini…beliau bercerita tentang KERANG MUTIARA & KERANG REBUS..bgiini crita bliau..
Dua puluh tujuh tahun yang lalu, keluarga kami tinggal di tengah hutan. Kampung terdekat dengan gubuk kami berjarak kurang lebih 2 km. Gubuk itu terbuat dari bambu (gedhek). Agar aman dari serangan binatang buas gubuk kami dibuat panggung. Pohon singkong mengelilingi gubuk yang hanya mempunyai satu tempat tidur itu. Di depan gubuk nan semilir ada sungai kecil dengan aliran air yang sangat jernih. Di sungai itu, setiap hari saya mandi dengan adik dan kakak. Untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk, kami sering memancing ikan di rawa kecil dekat tempat tinggal kami.
Ketika saya sedang memancing ikan di rawa, Ayah saya datang dan bercerita tentang Mutiara dan Kerang Rebus. Ia bertutur, “Ketika kerang belia mencari makan dibukalah penutup   badannya, ketika itu pasir masuk ke dalam tubuh kerang belia itu. Sang kerang menangis
“Bunda sakit bunda…sakit…ada pasir masuk ke dalam tubuhku”. Sang Ibu menjawab, “sabarlah anakku, jangan kau rasakan sakit itu, bila perlu berikan kebaikan kepada sang pasir yang telah menyakitimu”. Kerang belia pun menangis, namun air matanya ia gunakan untuk membungkus pasir yang masuk ke dalam tubuhnya.
Hal ini terus menerus ia lakukan. Rasa sakit itupun secara berangsur berkurang bahkan  kemudian hilang. Ajaibnya, pasir yang membuat sakit tubuh kerang itu justru telah berubah   menjadi sebutir mutiara. Ketika dijual, kerang yang telah berisi mutiara itu harganya mahal.
Sementara kerang yang tak pernah merasakan sakitnya pasir dalam tubuhnya, ia menjadi Kerang Rebus yang dijual murah di pinggir-pinggir jalan.
Setelah menarik napas panjang, Ayah saya melanjutkan, “Kalau kamu tidak pernah mendapat cobaan, maka kamu akan menjadi Kerang Rebus atau orang murahan. Tapi kalau kamu mampu menghadapi cobaan, bahkan mampu memberikan manfaat kepada orang lain ketika kamu sedang mendapat cobaan, maka kamu akan menjadi Mutiara. Anakku…, Kerang Rebus dijual obral di pinggir jalan sementara Mutiara dijual mahal, diletakkan di tempat terhormat dan dikenakan oleh orang-orang yang terhormat.
Hidup adalah pilihan wahai anakku…terserah kamu; kamu bisa memilih hendak menjadi Mutiara atau Kerang Rebus.”
Cerita itu sangat mempengaruhi hidup saya.Ketika saya SMP, saya harus mencari biaya sendiri untuk membayar SPP. Selepas subuh, saya harus pergi ke kebun karet untuk mengambil latex dari perkebunan karet yang telah membeku. Pekerjaan itu bisa saya tuntaskan sebelum jam tujuh pagi. Saya dibayar empat ribu perak selama sebulan. Karena pekerjaan itu, aroma tak sedap menempel di tangan saya. Walau dicuci dengan sabun, aroma itu tetap tak hilang. Sesampainya di sekolah, sering tangan itu diludahin teman karena bau yang tak sedap itu. Dalam suasana seperti itu, saya teringat cerita Mutiara dan Kerang Rebus dari ayah saya. Cerita itu telah membuat saya kuat menghadapi cobaan hidup.
Begitu pula ketika saya diterima kuliah di IPB. Saya dan ayah saya datang ke salah seorang yang kaya di kampung kami. “Alhamdulillah pak, Jamil diterima di IPB. Saya tidak punya uang untuk memberangkatkan dia. Tolong saya dipinjami uang tiga ratus ribu rupiah saja.” Begitu ayah saya membuka pembicaraan. Sambil menghisap rokok, tuan rumah itu menjawab, “wah hebat bisa diterima di IPB, tapi kalau nggak punya uang ya nggak usah panjang angan-angan. Sudah tahu miskin, nggak punya uang lha koq mau kuliah. Baru mau berangkat saja sudah pinjam. Bagaimana nanti biaya bulanannya? Apakah bertahun-tahun mau pinjam uang terus?”
Baru kali ini saya mendengar penghinaan seperti itu. Tak terasa butiran air mengalir di pipi. Saya biarkan air mata itu mengalir sebab saya merasa itu adalah air mata kerang belia yang sedang membungkus pasir yang masuk ke dalam tubuhnya.
Memang, saya telah memutuskan untuk menjadi Mutiara, bukan Kerang Rebus. Bagaimana dengan Anda?
Setelah baca cerita ini saya pun jadi bertanya tanya …Bagaimana ya dengan Amirul Mu'minin…the pearl of love…? : )
Itulah yg tertulis lengkap.. Baru kali ini sya berfikir untuk menjadi kerang yg seperti  apa  sya dikemudian hari… Jika sebelumnya sya tdk pernah sama sekali untuk memikirkannya… Sekali lagi sya ucapkan terimakasih dg cerita+pertanyaannya    telah dikirimkan pak..
“sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong  transendental untuk menjadikan ”kerang biasa” menjadi ”kerang luar biasa.”
Dengan itu dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah ”orang biasa” menjadi ”orang luar biasa.” Itulah yang terjadi pada orang-orang seperti Abraham Lincoln, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, Kim Dae Jung, dan A.H. Nasution. Jadi jika Anda sedang menderita hari ini, apa pun sebabnya, saya sarankan: bersiap-siaplah menjadi ”orang luar biasa”.
>>Nah.. Shobat.. kini akupun juga ingin bertanya pada shobat2q dimanapun engkau berada.. ingin jadi kerang mutiara/kerang rebus nih..?? :)
>>Semoga disini kita bisa saling berbagi pengalaman..cerita.. cinta.. kesedihan.. &impian kita… semoga apapun yg sya sampaikan bisa berkenan.. Maaf jika mungkin masih banyak kekhilafan ataupun kesalahan karena saya hanyalah manusia biasa yg penuh kekeliruan.. Dan masih butuh banyak untuk belajar memeperbaiki diri..
>>AYO KITA PERSEMBAHKAN SEBUAH MUTIARA CINTA.. SEBUAH MUTIARA KASIH.. A PEARL OF LOVE..  untuk Kebahagiaan yg kekal&abadi bersama ILLAHI ROBII serta orang2 terkasih.. AMIN :)

No comments:

Post a Comment